1. Perbandingan antara Seismometer Konvensional dengan Ocean Bottom Seismometer
Seismometer merupakan alat untuk merekam getaran gempabumi. Dari data rekaman ini, waktu tiba gelombang dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi terkait bagaimana mekanisme sumber dari gempabumi, serta lokasi terjadinya gempa bumi. Selama ini, penggunaan seismometer hanya terbatas untuk wilayah daratan saja, dimana data gempabumi hanya direkam secara pasif untuk memperoleh respon waveform. Seiring berkembangnya teknologi, Ocean Bottom Seismometer (OBS) ditemukan untuk melakukan akuisisi data gempabumi di wilayah lepas pantai. Pada OBS, energi seismik yang dihasilkan dari gempabumi dan getaran tremor digunakan sebagai source. Lebih ekstensif lagi, pada beberapa tipe alat, digunakan pula sumber suara buatan untuk menciptakan energi seismik tersebut.
Salah satu kelemahan seismograf konvensional
terletak pada instrumen sensornya yang cukup besar, berat, dan tidak praktis. Kompleksnya
instrumen sensor ini bertujuan mengakomodir kebutuhan alat akan sensitivitas
yang baik, hasil signal to noise ratio
yang optimum, serta respon frekuensi yang memadai. Hal ini dilakukan untuk
menanggulangi rendahnya frekuensi yang terekam pada event gempa-gempa besar. Beranjak dari permasalahan tersebut, OBS
dirancang seefisien mungkin untuk melakukan perekaman data. Desain OBS
melibatkan package sensor dengan
kapasitas yang lebih besar daripada seismograf konvensional, dimana rentang
frekuensi OBS dapat mencapai 0.01-30 Hz. Durasi perekaman OBS pun tergolong
cukup lama, yaitu dapat mencapai 6 – 12 bulan. Oleh karenanya, diperlukan
pencatat jam yang lebih akurat.
Controlled
seismic source atau sumber buatan
OBS diperlukan untuk menghasilkan gambaran beresolusi tinggi dari bagian atas
kerak bumi. Sistem tersebut menggunakan stasiun perekaman yang banyak, umumnya
berjarak 100 meter, dan banyak titik shot
dengan jarak spasi yang berdekatan. Adapun shot yang digunakan dapat berupa array air gun atau instrumen lain yang sejenis. Setelah coverage target
terpenuhi, struktur, perlapisan geologi, dan patahan bawah permukaan dapat
didelineasi satu sama lain. Controlled
seismic source ini tidak dapat merekam pada frekuensi rendah. Sejumlah
instrumen perlu dipasang untuk menghindari acoustic
release pada OBS untuk skala survey yang besar—oleh karena itu, diperlukan
pula Remoted Operated Vehicles sensor (ROVs) untuk mengatasi hal tersebut.
Gambar 1. Proses deploy Ocean Bottom Seismometer/OBS
(Manuel dkk., 2012)
OBS merupakan perangkat yang berfokus pada
akuisisi data lokal, dengan controlled
seismic source yang terbatas pada skala kecil. Akan tetapi, OBS dapat
secara luas diaplikasikan sebagai dasar untuk mengumpulkan data dasar laut (seabed).
Baik seismograf konvensional maupun OBS,
keduanya menggunakan perambatan gelombang P dan S untuk memperoleh informasi
terkait raypath dan perambatan
gelombang tersebut. Kelebihan lain dari OBS adalah kemampuannya untuk merekam shear wave secara langsung pada seabed menggunakan geofon tiga komponen.
Tentu hal ini dapat menghasilkan lebih banyak informasi tambahan untuk tahap
interpretasi.
OBS pada umumnya tidak diproduksi oleh
industri instrumen, melainkan dirangkai secara mandiri oleh institusi-institusi
tertentu (Gambar 1). Oleh karenanya, proses validasi alat menjadi cukup rumit:
eksplorasi laut memerlukan waktu cukup lama; kalibrasi instrumen membutuhkan
biaya yang relatif mahal; dan dibutuhkan ketelitian tinggi untuk mengontrol
kualitas respon alat dan spesifikasi alat.
Gambar 2 menunjukkan data mentah yang
diperoleh dari stasiun single component yang
direpresentasikan dalam plot jarak-waktu. Pada bentuk dasarnya, data seismik
yang telah diproses, akan memberikan informasi terkait hubungan antara gradien kecepatan
dan kedalaman pada kerak subsea. Waveform yang menjalar merupakan
fungsi dari tekanan, gelombang shear, dan
gelombang permukaan.
Gambar 2. Sayatan seismik dari data single component hasil akuisisi
menggunakan single OBS. Direct, reflection, dan refraction wave berhasil
teridentifikasi (Manuel dkk., 2012).
2.
Desain Mekanis dari OBS
Gambar 3 menunjukkan konfigurasi survey
seismik lepas pantai menggunakan OBS sebagai perekam respon sinyal seismik.
Sinyal yang diciptakan oleh air gun dapat
merambat beberapa kilometer ke dalam lapisan bumi sebelum mencapai sensor dan
terekam sebagai gelombang berfrekuensi rendah. Desain yang detail diperlukan,
termasuk dalam menentukan ukuran air gun,
serta berapa besar kekuatan yang diperlukan agar sinyal yang diterima pada
sensor lebih besar daripada ambient noise
di lautan. Wadah dari sensor geophone ini dirancang agar memiliki efek coupling yang baik dengan seabed sehingga getaran seismik dapat
terkonversi dalam pergerakan geofon, dan output elektrik yang dihasilkan
bernilai maksimum. Hydrophone sendiri
merupakan sensor piezoelektrik yang berfungsi untuk mengubah sinyal tekanan
dalam air, menjadi sinyal impedansi listrik tinggi. Medium perambatan sinyal
analog di antara sensor dan analogue to
digital converter (ADC) didesain sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan
noise lain. Hal ini dibantu dengan penggunaan
geofon bersensitivitas tinggi.
OBS merupakan sistem pengirim dan perekam
sensor seismik. Sistem ini didesain supaya dapat bekerja pada kedalaman 6000
meter di bawah lautan untuk masa tiga bulan. Satu jam setelah OBS dipasang pada
dasar laut, rantai elektrolitik pada geofon terlepaskan dan geofon bergerak ke
bawah. Setelah penembakan shot berhasil
dilakukan, sinyal akustik dikirim ke OBS dan motor bergerak melepaskan release actuator dari berat jangkar,
sehingga OBS dapat mengapung karena gaya buoyancy.
Secara umum, rangkaian OBS berisi rangkaian elektronik akuisisi, data storage, instrument release, dan
baterai.
Gambar 3. Skema survey
seismik refraksi lepas pantai menggunakan OBS
(Manuel dkk., 2012)
(Manuel dkk., 2012)
2.1.
Geofon
Dua sensor utama pada OBS adalah: 1).
hidrofon, yang sensitif terhadap fluktuasi tekanan dalam water column di dekat dasar laut; 2). Geofon yang merespon getaran
dari dasar laut. Geofon memiliki tiga komponen yang saling tegak lurus, dan
didesain dengan sensor kecepatan magnetik bersensitivitas tinggi. Sensor ini berisi
massa seismik termagnetisasi, yang dililiti oleh coil. Pergerakan dari massa akan menyebabkan medan magnet, sehingga
menginduksi arus listrik pada coil (Gambar
4). Sinyal tersebut kemudian teramplifikasi, dan menggambarkan kecepatan
pergerakan permukaan sesuai dengan arah sumbu sensor dimana geofon diletakkan.
Performa dari sistem geofon tergantung pada
beberapa hal: 1). Ketepatan geofon mengikuti pergerakan tanah (ground motion); 2). Kondisi signal to noise ratio serta linearitas
sensor geofon; 3). Rentang dinamik
pada amplifier, serta resolusinya; 4). Rentang dinamik pada analog to digital converter. Hal yang
rumit dari mendesain geofon adalah memastikan bahwa sinyal yang terekam dapat
merepresentasikan pergerakan tanah secara akurat pada seluruh komponen. Kondisi
ini cukup sulit dicapai, mengingat bahwa wilayah dasar laut pada umumnya
merupakan wilayah sedimentasi yang tidak tenang. Pada lokasi ini, dasar laut
memiliki gradien densitas di dekat permukaan, dimana sedimen yang terakumulasi
hanya terkompaksi dengan lambat, dan apabila terkompaksi, material sedimen ini
bersifat elastis. Untuk memperoleh coupling
terbaik, geofon harus dapat menggantikan material yang lunak supaya bisa tertanam pada dasar laut yang lebih kompak.
Coil
geofon didesain untuk bekerja pada
frekuensi resonansinya, dan kondisi tersebut tergantung pada massa yang
terdapat dalam geofon, serta konstanta pegas yang dimiliki oleh geofon
tersebut. Geofon OBS tidak cocok merekam sinyal dengan frekuensi yang sangat
rendah, berbeda halnya dengan geofon konvensional. Signal to noise ratio yang inheren, serta dynamic range pada coil
geofon yang sedikit bergerak, membuat geofon ini sesuai untuk digunakan
pada controlled source OBS.
Gambar 4. Desain Geofon dan sayatan
transversal dari geofon dimana ruang dari geofon dapat terlihat (Manuel dkk., 2012).
3.
DESAIN ELEKTRONIK
Sistem akuisisi elektronik berisi empat
komponen utama: modul analog to digital
converter, micro-controller dan data
storage, modul pengaturan daya, dan modul time base. Sebagai sumber daya utama, baterai lithium-ion
digunakan. Gambar 5 menunjukkan kemasan dari sistem akuisisi yang diterapkan
pada OBS.
Micro-controller
dan mode penyimpanan pada OBS memiliki
beberapa fungsi, seperti: mengatur default
configuration dari sistem OBS; menyingkronisasikan waktu dengan sinyal GPS;
menghitung drift waktu; dan mengatur
mode sleep ketika daya OBS rendah. Modul
ini berbasis microcontroller MCF 54455 dan penyimpanan data berkapasitas 4 GB.
Gambar 5. Kemasan sistem
akuisisi elektronik (Manuel dkk., 2012).
3.1.
Analog-to-Digital Conversion (ADC)
Module
Gambar 6. Diagram alir
sistem kerja modul ADC (Manuel dkk., 2012)
Untuk mereduksi coupling
akibat noise, ADC dilengkapi dengan sistem regulator pengontrol noise output. Regulator ini dapat
mengurangi interferensi akibat noise dengan
memastikan bahwa perubahan pada frekuensi sistem terjadi secara konstan. Tingkat noise pada modul ADC merepresentasikan resolusi akhir dari sistem
OBC keseluruhan. Perlakuan khusus perlu diterapkan untuk mendesain modul ini
sehingga memiliki kualitas data yang tinggi. Modul ADC ini berbasis pada 24 bit
CS5472 ADC dengan 4 channel, yang melakukan sampling pada frekuensi 512 kHz.
Selain itu, terdapat pula filter digital dan modul microcontroller dalam modul ADC. Gambar 6 menunjukkan alur kerja
dari ADC pada OBS.
Pemilihan desain ADC yang kurang baik akan berakibat pada
tingginya Signal to Noise Ratio. Beberapa hal ini dapat diterapkan untuk
meningkatkan kualitas desain ADC yang diterapkan pada OBS:
1. Input pada modul ADC berbasis pada differential amplifier rendah noise.
2. Desain PCB dibuat sedemikian rupa agar differential trace saling paralel
(terminal positif dan negatif memiliki panjang yang sama).
3. Mengevaluasi desain sesuai dengan standard internasional.
3.2.
Microprocessor Module dan Data Storage
Gambar 7. Unit pemrosesan
data OBC (Manuel dkk., 2012)
Unit pemrosesan OBC memiliki basis microcontroller MCF54455, yang diintegrasikan dengan microprocessor 32-bit. Gambar 7
menunjukkan unit processing pada
seismometer. Berikut ini spesifikasi dari memori pada sistem penyimpanan data
seismometer:
·
16 Mb Flash memory
·
MT47H32M16 SDRAM.
·
Memori SRAM CY62167EV30
2 MB terhubung secara langsung ke Flexbus
Adapun sistem interface
pada seismometer yaitu:
·
RS232 serial port
untuk user interface.
·
SPI port yang
terhubung dengan ADC board.
·
ATA port yang
terhubung dengan Compact Flash (CF) memory.
Software akuisisi data, merekam data secara kontinu dari
modul ADC, melakukan time stamping, dan
menyimpan data pada CF memory.
3.3.
Power Supply Module
Sistem daya (power
supply module) didesain untuk menyediakan tegangan yang diperlukan pada
semua sistem OBS. Sistem daya OBS terdiri atas satu set baterai bertegangan 3.6
V.
3.4. Time Base Module and Clock Stability
Pada sistem OBS, kualitas dari model dasar
laut tentu dipengaruhi juga oleh waktu terekamnya data. Karena peralatan
akuisisi tidak memiliki akses sinyal GPS yang memungkinkan untuk
menyingkronisasikan waktu, digunakan modul time
base sebagai referensi waktu, dimana perangkat yang digunakan adalah jam
Seascan SISMTB versi 4.4 (Gambar 8). Seascan merupakan alat yang stabil
terhadap perubahan temperatur. Digunakan pula modul Temperature Compensated
Crystall Oscillator (TCXO), serta OCXO (oven-controlled crystal oscillator)
yang berbasis skema kompensasi temperatur digital, untuk menyintesis frekuensi
referensi 125 Hz. Karena pengamat tidak memiliki akses untuk menyingkronkan
waktu pada instrumen, tentu diperlukan stabilitas perhitungan waktu terhadap
suhu pada alat-alat yang digunakan. Maka seluruh instrumen pada datalogger
harus disesuaikan dengan sistem TCXO sehingga alat dapat berfungsi dengan benar
dalam mencatat waktu dan sinyal data.
Gambar 8. Time
drift pada modul Seascan. Garis putih merupakan time drift pada kristal yang diukur. Garis merah menunjukkan
koreksi time drift pada OBS (Manuel dkk., 2012).
4.
Cabled OBS dan Sistem Sinkronisasi Waktu
Untuk mempelajari proses terjadinya gempabumi
di dekat pantai, kita perlu melakukan observasi aktivitas seismik pada dasar
samudera di atas zona seismogenik. Cabled
OBS merupakan instrument yang dapat membantu aktivitas ini. Pada kasus ini,
OBS yang dilengkapi dengan kabel telah dikembangkan agar dapat diinstall di observatory base. Kelebihan utama dari
adanya Cabled OBS adalah menyediakan supply
daya yang berkelanjutan pada instrumen OBS, serta agar dapat terhubung
dalam komunikasi bandwith tinggi.
Melalui cara ini, data real-time yang
kontinu dapat diakuisisi dengan lebih efisien. Untuk mempermudah transmisi
data, jaringan Ethernet dapat disambungkan pada sistem OBS, sehingga data dapat
disalurkan dari sensor OBS ke observatory
base.
Cabled OBS turut berperan dalam proses
sinkronisasi waktu pada OBS. Sistem Precision Time Protocol (PTP) dapat
diinstal pada Cabled OBS, tepatnya pada stasiun yang ditempatkan di pantai (land station), dan berfungsi sebagai
Grand Master (GM). PTP merupakan perlengkapan berbasis IEEE 1588, yang dapat
meningkatkan akurasi pencatatan waktu dalam sub-microsecond,
diemisikan dalam sinyal pulse per
second. PTP IEEE 1588 juga dipasang pada Cabled OBS untuk mencatat waktu
perekaman dari masing-masing waveform yang
didapatkan. Gambar 9 Menunjukkan instalasi PTP IEEE 1588 pada Cabled OBS.
Gambar 9. Broadband
Seismometer yang tersingkronisasi dengan IEE 1588 (Manuel dkk., 2012).
5.
Kesimpulan
Ø Seluruh sistem yang terkait dengan OBS penting untuk
dilengkapi dengan sinkronisasi waktu.
Ø Kalibrasi perlu dilakukan untuk mengetahui ketidakpastian
pengukuran.
Ø OBS merupakan perangkat yang praktis untuk diaplikasikan
dalam berbagai keperluan akuisisi data laut, seperti dalam bidang oseanografi,
teknik sipil, survey dasar samudera, dan survey perkiraan cadangan migas dan
tambang.
Ø Geofon pada OBS memiliki sensitivitas tinggi yang cocok
diaplikasikan di zona samudera. Untuk memperoleh coupling yang baik dengan dasar samudera, geofon dilengkapi dengan
kontainer khusus yang didesain agar coupling
horizontal geofon terkondisi dengan baik.
Ø Untuk mengatur gain amplifier dan mengkarakterisasi
respon frekuensi pada sensor dan amplifier, model sensor magnetik dikembangkan
sebagai referensi pada geofon yang didesain.
Ø Stabilitas dan time
drift pada modul time base (Seasan)
ditingkatkan dengan penggunaan sistem pengontrol suhu/ Temperature Compensated
Crystall Oscillator (TCXO), dan OCXO (oven-controlled crystal oscillator).
Ø Untuk memperoleh data waktu yang tersinkronisasi dengan
baik, serta agar memungkinkan untuk memiliki data waktu yang bersifat real time, Cabled OBS dibuat dan
dilengkapi dengan IEEE 1588. IEEE 1588 merupakan standard waktu yang memiliki
keakuratan kurang dari 1 microsecond.
REFERENSI
Artikel ini disadur dari:
Mànuel, A., X. Roset,
J. Del Rio, D. M. Toma, N. Carreras, S. S. Panahi, A. Garcia-Benadí, T. Owen,
dan J. Cadena (2012). Ocean Bottom Seismometer: Design and Test of a
Measurement System for Marine Seismology. Sensors 2012, 12, 3693-3719;
doi:10.3390/s120303693.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar